Beranda | Artikel
Antara Umar Bin Khathab Radhiallahuanhu Dan Harta (1)
Rabu, 25 Maret 2015

Jika Anda ingin tahu siapakah sosok figur yang memiliki ciri khas berikut ini:

  1. Orang terbaik kedua di kalangan Umat para Nabi dan para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam
  2. Termasuk orang yang mendapatkan pujian di dalam Al-Quran dan As-Sunnah
  3. Termasuk salah satu dari Khulafa’ur Rasyidin radhiyallahu ‘anhum
  4. Termasuk salah satu dari sepuluh orang yang dikabarkan masuk Surga
  5. Termasuk orang yang mendapatkan keistimewaan berupa perintah Allah pada umat Islam untuk mengikutinya

Tahukah Anda siapakah sosok figur yang memiliki ciri khas di atas? Tidak lain dan tidak bukan beliau adalah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, sosok panutan yang memiliki sekian banyak keistimewaan yang lainnya, selain yang sudah disebutkan di atas.

Ya, memang benar bahwa membicarakan pribadi beliau dan sisi kehidupannya adalah suatu hal yang tidak bisa dituangkan dalam satu buku saja, apalagi hanya dalam artikel yang singkat ini. Namun, Ma laa yudraku kulluh, laa yutraku kulluh (sesuatu yang tidak bisa didapatkan semuanya janganlah ditinggalkan semuanya). Tidak ada rotan akar pun jadi. Semoga yang sedikit ini bisa bermanfa’at besar bagi kita semua. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اقتدوا باللذين من بعدي من أصحابي أبي بكر وعمر

“Ikutilah orang-orang sesudahku dari para sahabatku, yaitu Abu Bakar dan Umar” (Disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’). [1]

Keteladanan Umar dalam Menyikapi Harta

Banyak mutiara teladan dari figur kita yang satu ini. Pada kesempatan ini penulis mengangkat tema sikap beliau terhadap harta agar dapat menjadi contoh dan teladan. Apapun kedudukan kita, sama saja apakah kita adalah anggota keluarga, masyarakat, atau pejabat dan pihak berwenang yang mengelola harta negara, semuanya membutuhkan sosok teladan dari penduduk Surga yang satu ini. Beliau berpengalaman memimpin negara besar dan bersejarah, bahkan termasuk salah satu dari Khulafa’ur Rasyidin radhiyallahu ‘anhum, yaitu penerus Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam memimpin negara Islam terbesar sepanjang sejarah Islam. Lebih dari itu, beliau adalah orang terbaik kedua di muka bumi ini setelah para Nabi dan para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam.

Iman kepada Allah adalah Pondasi Sikap Beliau Terhadap Harta

Beliau adalah orang yang paling bertakwa kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiiq radhiyallahu ‘anhuma di tengah-tengah umat ini. Karenanya, pantas jika seluruh sikap beliau dibangun di atas pondasi takwa dan iman. Keimanan beliau kepada Allah yang tinggi membuahkan khasyatullah (takut kepada Allah), zuhud (meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfa’at bagi akhirat) dan wara’ (meninggalkan sesuatu yang membahayakan nasib seseorang di Akhirat) yang tinggi pula, dengan pertolongan dari Allah.

Hal ini nampak, sampaipun saat beliau menjabat sebagai amirul mukminin (pemimpin negara kaum muslimin) di negara Islam paling besar. Saat itu beliau menduduki jabatan paling tinggi.Dengan jabatan setinggi itu, sangat memungkinkan bagi beliau untuk melakukan berbagai kemaksiatan terkait dengan harta negara, seperti memperkaya diri dan keluarganya dengan cara yang batil dan mengeruk kas negara sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi. Namun yang terjadi justru sebaliknya, beliau mengingatkan diri sendiri untuk takut kepada Allah, berusaha mengawasi diri sendiri, mengaudit (menghisab) setiap amal perbuatan, dan bertakwa kepada Allah.

Wahai Para Pemimpin, Inilah Ketakwaaan Umar bin Khattab

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengisahkan tentang betapa takutnya Umar kepada azab Allah,

خرجت مع عمر بن الخطاب حتى دخل حائطاً، فسمعته يقول وبيني وبينه الجدار، وهو في جوف الحائط: أعمر أمير المؤمنين بخٍ بخٍ،والله يا بُنَيَّ الخطاب لتتقين الله أو ليعذبنك

“Saya keluar bersama Umar bin Khattab hingga beliau masuk ke dalam suatu tempat yang berdinding. Saat itu saya mendengar beliau mengatakan sesuatu dan saat itu antara saya dan beliau terhalang dinding. Beliau di tengah-tengah tempat yang berdinding tersebut mengatakan pada dirinya sendiri, ‘Apakah Umar layak menjadi Amirul Mukminin? Wah, wah! Demi Allah, wahai putra Al-Khattab, sungguh-sungguhlah bertakwa kepada Allah atau Allah benar-benar akan mengazabmu(Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwaththo` dan yang lainnya, Shahih dari jalan Imam Malik). [2]

Di antara perkara yang menunjukkan rasa takutnya Umar kepada Allah, walaupun keberhasilan pemerintahan telah beliau raih, adalah riwayat berikut ini.

ولما حضرت الوفاة عمر رضي الله عنه أثنى عليه الناس في إمارته وخلافته، فقال بالإمارة تغبطوني؟! فوالله لوددت أني أنجو كفافاً لا علي ولا لي

“Menjelang wafatnya Umar radhiyallahu ‘anhu, orang-orang memuji kepemimpinan dan pemerintahan beliau. Seketika itu beliau menimpali, Apakah kalian menginginkan kepemimpinan tersebut? Demi Allah, sungguh aku menginginkan diriku asal selamat saja, tidak rugi dan tidak pula untung’(Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’din dalam Ath-Thabaqat dan yang lainnya, shahih dari jalan Ibnu Sa’din).

Itulah sekelumit sikap Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu terhadap kekuasaan, yang bagi banyak orang, kekuasaan adalah salah satu pintu terbesar untuk bisa mengeruk harta sebanyak-banyaknya dengan cara yang haram, namun beliau menyikapinya sebagai sebuah ujian hidup yang berat. Padahal beliau adalah orang pakling baik dan bertakwa kedua di muka bumi ini, setelah para Nabi dan para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam.

Bersambung ke : Antara Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu dan harta (2)

***

Diolah dari Dirasah Naqdiyyah fil Marwiyyaatil Waaridah fi syakhshiyyati ‘Umar Ibnil Khaththab, DR. Abdus Salam bin Muhsin Ali ‘Isa , penerbit: Al-Jaami’ah Al-Islamiyyah (PDF).

Catatan kaki

[1] Baca: Keutamaan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu (1-2) [2] Dirasah Naqdiyyah fil Marwiyyaatil Waaridah fi syakhshiyyati ‘Umar Ibnil Khaththab, DR. Abdus Salam bin Muhsin Ali ‘Isa , penerbit: Al-Jaami’ah Al-Islamiyyah (PDF), hal. 319 [3] Ibid, hal. 321

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.Or.Id


Artikel asli: https://muslim.or.id/25031-antara-umar-bin-khathab-radhiallahuanhu-dan-harta-1.html